ZoyaPatel

BMKG Ungkap Penyebab Suhu Panas di Indonesia dan Prakiraan Cuaca Hingga Awal November

Mumbai




UPBERITA.COM -  Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memberikan penjelasan mengenai fenomena suhu panas yang melanda sejumlah wilayah Indonesia, termasuk Jakarta, yang diperkirakan akan berlangsung hingga awal November mendatang. Menurut BMKG, kondisi yang membuat suhu maksimum di Jakarta hari ini (17/10) mencapai 32 derajat Celcius ini bukanlah gelombang panas atau heatwave seperti yang terjadi di negara subtropis.

Meskipun cuaca terasa sangat terik dan tidak nyaman, BMKG memastikan bahwa kenaikan suhu ini masih dalam kategori wajar untuk iklim tropis Indonesia. Potensi hujan dengan intensitas ringan hingga sedang juga masih diperkirakan terjadi di sebagian besar wilayah Jakarta, terutama pada sore hingga malam hari akibat aktivitas konvektif lokal.

Faktor Pemicu Suhu Panas 

BMKG menjelaskan bahwa cuaca panas yang terjadi dalam beberapa waktu terakhir merupakan hasil kombinasi dari beberapa faktor alamiah. Penyebab utamanya adalah posisi gerak semu matahari yang pada bulan Oktober berada tepat di sekitar wilayah selatan ekuator, mencakup sebagian besar wilayah Indonesia.

Menurut Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, posisi matahari ini menyebabkan penyinaran menjadi lebih intens. "Posisi ini membuat wilayah Indonesia bagian tengah dan selatan, seperti Jawa, Nusa Tenggara, Kalimantan, dan Papua, menerima penyinaran matahari yang lebih intens sehingga cuaca terasa lebih panas di banyak wilayah Indonesia," kata Guswanto dalam keterangannya.

Fenomena ini diperkuat oleh pengaruh Monsun Australia. Angin timuran ini membawa massa udara yang bersifat kering dan hangat, yang menghambat proses pembentukan awan. Minimnya tutupan awan membuat radiasi matahari dapat mencapai permukaan bumi secara maksimal tanpa ada penghalang yang signifikan.

Wilayah Terdampak dan Catatan Suhu Tertinggi

Data pemantauan BMKG menunjukkan bahwa suhu maksimum di atas 35 derajat Celcius telah tercatat secara luas di berbagai wilayah Indonesia. Beberapa daerah yang paling merasakan dampaknya meliputi Jawa, Nusa Tenggara, sebagian Kalimantan, Sulawesi bagian selatan, hingga Papua.

Berdasarkan catatan, beberapa rekor suhu tertinggi sempat terjadi dalam sepekan terakhir, antara lain:

  • 12 Oktober: Suhu 36,8°C tercatat di Kapuas Hulu (Kalimantan Barat), Kupang (NTT), dan Majalengka (Jawa Barat).
  • 14 Oktober: Suhu tertinggi mencapai 37,6°C di Majalengka (Jawa Barat) dan Boven Digoel (Papua).

Direktur Meteorologi Publik BMKG, Andri Ramdhani, menyoroti persistensi kondisi ini. "Konsistensi tingginya suhu maksimum di banyak wilayah menunjukkan kondisi cuaca panas yang persisten, didukung oleh dominasi massa udara kering dan minimnya tutupan awan," terang Andri.

Meskipun demikian, BMKG kembali menegaskan bahwa masyarakat tidak perlu panik berlebihan terkait istilah gelombang panas.

"Fenomena ini bukan akibat Gelombang Panas (Heatwave) seperti yang terjadi di negara-negara subtropis. Suhu di Indonesia masih dalam batas wajar, walaupun terasa tidak nyaman," tulis BMKG dalam pernyataan resminya. Kondisi ini diprediksi akan mereda seiring dengan masuknya musim hujan yang diperkirakan dimulai pada akhir Oktober hingga awal November 2025.

TAGS: BMKG, Cuaca Panas, Suhu Jakarta, Prakiraan Cuaca, Gelombang Panas, Monsun Australia, Musim Kemarau

Ahmedabad