ZoyaPatel

BNN Perkuat Sinergi Lintas Profesi untuk Selamatkan Generasi Produktif

Mumbai



UPBERITA.COM - Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) RI, Komisaris Jenderal Polisi Suyudi Ario Seto, menegaskan bahwa rehabilitasi menjadi garda terdepan dalam upaya penyelamatan para korban penyalahgunaan narkotika di Indonesia. Penekanan ini disampaikan dalam sebuah webinar yang baru-baru ini digelar di Jakarta, menyoroti urgensi penanganan isu narkotika yang terus menjadi perhatian serius Presiden RI dan masuk dalam program prioritas nasional.

Isu penyalahgunaan narkotika telah menjadi ancaman serius yang mengikis potensi sumber daya manusia Indonesia. Data terkini dari BNN mengungkapkan fakta mengejutkan: sekitar 3,3 juta jiwa di Indonesia terjerat narkotika, di mana mayoritas, yaitu 2,71 juta, berada dalam rentang usia produktif. Kondisi ini secara langsung mengancam masa depan bangsa dan menuntut upaya rehabilitasi yang lebih masif dan terstruktur.

"Data BNN menunjukkan ada sekitar 3,3 juta penyalahguna narkotika di Indonesia, di mana 2,71 juta di antaranya merupakan usia produktif sehingga rehabilitasi perlu digencarkan," ujar Komjen Pol. Suyudi, menggarisbawahi pentingnya langkah cepat dan tepat.

Beliau juga menyoroti bahwa narkotika tidak mengenal batasan usia maupun latar belakang sosial. Berbagai kalangan, termasuk anak-anak, saat ini sudah terpapar bahaya barang haram tersebut. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan yang komprehensif dan menyentuh semua lapisan masyarakat tanpa terkecuali.

Rehabilitasi: Sentuhan Manusia yang Tak Tergantikan

Di era digital yang serba otomatis ini, Komjen Pol. Suyudi menekankan bahwa pekerjaan rehabilitasi memiliki nilai fundamental yang tidak dapat digantikan oleh mesin atau robot. Proses pemulihan dari ketergantungan narkotika memerlukan sentuhan kemanusiaan yang mendalam, empati, serta pendampingan personal yang konsisten dari para ahli. Nilai-nilai ini menjadi elemen krusial dalam mengembalikan penyalahguna narkotika ke kehidupan normalnya. Para tenaga kesehatan, dengan segala peran dan dedikasinya, merupakan garda terdepan yang berinteraksi langsung dengan individu yang membutuhkan pertolongan, sehingga mereka memiliki dampak langsung terhadap keberhasilan setiap upaya rehabilitasi.

Melihat krusialnya peran tersebut, Komjen Pol. Suyudi secara khusus mengajak seluruh tenaga kesehatan untuk senantiasa memiliki semangat juang yang tinggi dan rasa bangga atas profesi mulia yang diemban. Mereka bukan hanya menjalankan tugas, melainkan merupakan pahlawan tanpa tanda jasa yang berjuang keras untuk mengembalikan harapan, memulihkan kesehatan, dan membuka kembali pintu masa depan bagi para korban penyalahgunaan narkotika yang tak mengenal batasan usia atau latar belakang. Ini adalah panggilan kemanusiaan yang membutuhkan dedikasi penuh.

Perluas Jangkauan dan Menguatkan Sistem

Untuk menghadapi tantangan yang semakin kompleks, BNN telah merancang berbagai strategi untuk memperluas dan meningkatkan kualitas program rehabilitasi. Langkah-langkah strategis ini meliputi pengembangan layanan rawat jalan yang lebih transparan dan terukur, pembangunan balai rehabilitasi baru di berbagai daerah, serta penguatan Institusi Penerima Wajib Lapor (IPWL). Tidak hanya itu, BNN juga akan mengoptimalkan pemanfaatan sistem digital seperti SIRENA 2.0 dan SERU Online untuk meningkatkan efisiensi dan aksesibilitas layanan, menjadikannya lebih mudah dijangkau oleh masyarakat.

Sejalan dengan visi Kepala BNN, Deputi Rehabilitasi BNN RI, dr. Bina Ampera Bukit, turut menjelaskan arah kebijakan rehabilitasi nasional untuk periode 2025–2029. Kebijakan ini akan berfokus pada perluasan jangkauan layanan serta penguatan fondasi sistem rehabilitasi agar lebih kokoh dan adaptif terhadap perkembangan zaman, menjamin keberlanjutan program jangka panjang.

Webinar yang menjadi wadah diskusi penting ini bertajuk "Sinergi Profesi dalam Tatalaksana Kegawatdaruratan Narkotika". Kegiatan tersebut merupakan hasil kolaborasi antara BNN RI, Kementerian Kesehatan (Kemenkes), dan Ikatan Dokter Indonesia (IDI), yang diselenggarakan bertepatan dengan momen istimewa peringatan Hari Ulang Tahun ke-75 IDI, memberikan nuansa perayaan sekaligus refleksi terhadap kontribusi dunia medis.

Dilaksanakan secara hibrida, acara ini berhasil menarik lebih dari 1.200 peserta dari 15 profesi tenaga kesehatan yang berbeda, mulai dari dokter, perawat, psikolog, hingga konselor. Kehadiran beragam profesi ini menunjukkan komitmen bersama dalam penanganan isu narkotika yang multidimensional.


Ahmedabad