Inovasi Kreatif Pemuda Gaza Ubah Kendaraan Perang Jadi Sumber Energi

Khazeeq menemukan kendaraan pengangkut berukuran 9 meter dengan bobot 60 ton itu di antara reruntuhan rumahnya yang hancur. Kendaraan yang dulunya simbol kekuatan militer tersebut kini bertransformasi menjadi tanda ketahanan warga. "Kendaraan ini menjadi sumber ketakutan bagi warga Palestina selama serangan (militer Israel)," ungkap Khazeeq kepada Xinhua, mencerminkan pengalaman pahit masyarakat setempat.
Bertekad mengubah simbol perang menjadi hal yang berguna, Khazeeq menghabiskan waktu satu pekan membersihkan kendaraan tersebut dari puing-puing. Dengan menggunakan panel surya dan bahan-bahan lokal yang tersedia, ia berhasil mengubahnya menjadi stasiun pengisian daya ponsel. "Tujuannya bukan hanya untuk mendapatkan penghasilan, tetapi juga memberikan secercah harapan bagi warga yang berbulan-bulan hidup tanpa listrik dan layanan dasar akibat kerusakan yang meluas, pemadaman listrik, dan kelangkaan bahan bakar," tambahnya.
Situasi di Gaza saat ini memang sangat menantang. Kawasan Tel al-Hawa, yang dulunya merupakan distrik modern, kini telah hancur akibat setidaknya lima serangan militer Israel berskala besar. Otoritas kesehatan Gaza melaporkan bahwa operasi militer sejak Oktober 2023 telah menewaskan sedikitnya 70.117 warga Palestina dan melukai 170.999 lainnya, membuat infrastruktur dasar lumpuh dan jutaan keluarga terpaksa mengungsi. Pemerintah Palestina juga mencatat bahwa rata-rata hanya 287 truk bantuan yang masuk setiap hari, jauh di bawah 1.000 truk yang dibutuhkan.
Transformasi Inspiratif dan Harapan Komunitas
Di seluruh Gaza, pos pengisian daya di luar ruangan menjadi pemandangan biasa di tengah krisis listrik yang parah. Namun, hanya sedikit yang memiliki makna simbolis sebesar inisiatif Khazeeq. Mohammed Skeik, seorang warga yang mengantre untuk mengisi daya ponselnya, menyatakan, "Ide Khazeeq sederhana tetapi luar biasa. Mengubah kendaraan yang dulu menebar ketakutan menjadi layanan untuk masyarakat itu memberikan harapan." Sementara itu, Om Ibrahim al-Jarou, seorang pengungsi yang tinggal di bangunan rusak, merasa inisiatif ini sangat meringankan beban hariannya. "Dulu, saya harus pergi jauh untuk mengisi daya ponsel atau senter. Melihat para pemuda mengubah sisa-sisa perang menjadi sesuatu yang bermanfaat memunculkan perasaan bahwa hidup dapat terus berlanjut, meski segala sesuatunya sulit," ujarnya.
Nasser al-Atrash, mantan pegawai pemerintah, melihat makna yang lebih luas dari stasiun ini. "Ini mencerminkan kemampuan kaum muda untuk berinovasi," kata al-Atrash. "Orang-orang di Gaza terbiasa menemukan solusi di tengah kondisi sulit. Proyek ini menghidupkan kembali sebagian lingkungan dan menciptakan ruang kecil bagi kenormalan di tengah kehancuran."
Khazeeq sendiri kini melatih kaum muda setempat untuk mengoperasikan stasiun pengisian daya tenaga surya tersebut. Ia berharap dapat memperluas layanan untuk mengisi daya baterai, walkie-talkie, atau perangkat medis. "Kami berharap ini dapat berkembang menjadi layanan lingkungan yang bermanfaat bagi lebih banyak orang," katanya. Bahkan anak-anak pun tertarik. Khazeeq merasa penting bagi mereka untuk tahu bahwa "bahkan di tengah kehancuran, ada ruang untuk kreativitas" dan "inisiatif kecil bisa membawa perubahan." Ia merenungkan, "Tank dan kendaraan lapis baja dulu membawa ketakutan dan kematian ke Gaza, tetapi sekarang kendaraan-kendaraan itu dapat memberikan bantuan, meskipun hanya untuk mengisi daya ponsel."