ZoyaPatel

Peneliti UI Temukan Formula Aditif Hijau dari Daun Kaliandra untuk Tingkatkan Kualitas Bahan Bakar Campuran

Mumbai



UPBERITACOM – Sebuah terobosan inovatif dalam bidang energi bersih berhasil diwujudkan oleh peneliti Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Indonesia. Indah Kurniawaty, yang baru saja menyandang gelar Doktor Ilmu Kimia dengan predikat sangat memuaskan dan Indeks Prestasi Kumulatif 3,96, mengungkap potensi besar daun Kaliandra merah—tanaman yang kerap tumbuh di pinggir jalan—sebagai solusi pengembangan bahan bakar ramah lingkungan.

Dalam penelitiannya yang dilakukan secara kolaboratif di Laboratorium Nano and Interfacial Chemistry (NIC) Departemen Kimia FMIPA UI bersama Laboratorium Pertamina, Indah mengembangkan aditif berbasis nanopartikel logam yang disintesis menggunakan ekstrak daun Kaliandra merah. Bahan baku utama penelitian ini diperoleh dari Kebun Biofarmaka Institut Pertanian Bogor.

"Campuran bensin dan etanol (PE10) memang lebih ramah lingkungan dibandingkan bahan bakar konvensional, namun masih memiliki kelemahan seperti rentan teroksidasi dan berpotensi menyebabkan korosi pada mesin kendaraan," jelas Indah dalam keterangan resminya di Depok, Rabu (30/7).

Melalui pendekatan sintesis hijau, peneliti yang baru saja lulus dengan disertasi berjudul "Peningkatan Kinerja Bahan Bakar Campuran Bensin-Etanol Menggunakan Aditif MgAl₂O₄ yang Disintesis Melalui Metode Sintesis Hijau dari Ekstrak Daun Calliandra Calothyrsus" ini memanfaatkan kandungan alami daun Kaliandra seperti flavonoid dan alkaloid untuk menciptakan aditif logam oksida, termasuk MgO, Al₂O₃, dan MgAl₂O₄.

Hasil pengujian menunjukkan bahwa penambahan aditif ini memberikan dampak signifikan pada kualitas bahan bakar campuran. "PE10 yang diperkaya dengan aditif berbasis daun Kaliandra menunjukkan peningkatan stabilitas oksidasi, perlindungan terhadap korosi mesin, serta pembakaran yang lebih sempurna," ujar Indah.

Yang menarik, peningkatan kualitas pembakaran ini ditandai dengan pola emisi yang lebih baik—terjadi penurunan emisi polutan nitrogen dioksida (NO₂) dan sulfur dioksida (SO₂), meskipun diiringi dengan peningkatan emisi karbon dioksida (CO₂) sebagai indikator pembakaran yang lebih efisien.

Indah menegaskan bahwa temuan ini membuktikan solusi energi masa depan dapat berasal dari sumber daya lokal yang tersedia secara melimpah. "Saya ingin menunjukkan bahwa inovasi energi bersih tidak harus mahal atau berdampak negatif terhadap lingkungan. Dengan memanfaatkan tanaman yang sudah ada di sekitar kita, kita bisa menciptakan solusi yang berkelanjutan," pungkasnya.

Temuan ini diharapkan dapat menjadi langkah awal pengembangan ekosistem energi bersih berbasis sumber daya lokal, sekaligus membuka peluang baru bagi pemanfaatan tanaman Kaliandra yang selama ini kurang dimanfaatkan secara optimal. 

Sumber : Antara

Ahmedabad