ZoyaPatel

Awas, Kamar Tidur Berantakan Bisa Jadi Cermin Kondisi Mental Anda!

Mumbai




UPBERITA.COM - Kesehatan mental seringkali terabaikan, dan dampaknya tak hanya terasa secara emosional, tetapi juga tercermin dalam lingkungan sekitar kita. Baru-baru ini, fenomena "ruang depresi" ("depression room") menjadi viral di media sosial. Hal ini memicu perbincangan penting tentang hubungan antara kesehatan mental dan kondisi fisik ruang tempat tinggal kita. Istilah ini merujuk pada ruangan, biasanya kamar tidur, yang menjadi berantakan dan kotor sebagai manifestasi dari episode depresi seseorang.

Ruang Depresi: Cerminan Batin yang Terabaikan

"Ruang depresi" bukanlah sekadar ruangan yang berantakan karena kemalasan. Para ahli menjelaskan bahwa kondisi ini merupakan cerminan dari kondisi internal seseorang yang sedang mengalami depresi. Seperti yang dikatakan oleh Dayton Olsen, konselor profesional berlisensi, *"‘Ruang depresi’ adalah istilah yang akhir-akhir ini masuk ke dalam leksikon psikologi populer, dan mengacu pada ruang hidup seseorang yang sedang mengalami episode depresi."* Kondisi ini bukan soal kurangnya kemauan, tetapi lebih kepada ketidakmampuan untuk merawat diri sendiri dan lingkungan sekitar akibat beban emosional yang sangat berat.

Kobe Campbell, konselor kesehatan mental klinis berlisensi, menambahkan, *"Bukan tentang kemalasan atau kurangnya perhatian, ini adalah tanda bahwa dunia batin telah menjadi begitu berat atau tidak teratur sehingga menjaga dunia luar terasa mustahil."* Depresi mengganggu fungsi eksekutif otak, yang bertanggung jawab atas perencanaan, prioritas, dan pelaksanaan tugas. Akibatnya, tugas-tugas sehari-hari, sekecil apapun, terasa sangat membebani.

Mengapa "Ruang Depresi" Terjadi?

Depresi tidak hanya menimbulkan perasaan terisolasi, kesepian, putus asa, dan kurang energi, tetapi juga secara signifikan memengaruhi kemampuan seseorang untuk mengelola kehidupan sehari-hari, termasuk menjaga kebersihan dan keteraturan lingkungan sekitarnya. Seperti yang dijelaskan Olsen, *"Episode depresi yang mengerikan ini melakukan hal yang sama pada ruang hidup seseorang seperti yang mereka lakukan pada diri seseorang. Mereka merampas kemampuan mereka untuk hanya merawat diri sendiri, untuk merawat diri sendiri dan ruang mereka."*

Orang yang mengalami depresi seringkali mendeskripsikan periode ini sebagai waktu yang tak berujung, *"di mana mereka tidak dapat mengingat kembali, tentu saja, ke waktu di mana mereka tidak merasa tertekan, dan mereka tidak dapat membayangkan masa depan di mana mereka merasa berbeda,"* kata Olsen. Mereka terjebak dalam rasa sakit emosional yang luar biasa, sehingga kegiatan sederhana seperti menyikat gigi, membersihkan rumah, atau mencuci pakaian menjadi terasa sangat sulit. Kurangnya energi dan motivasi menjadi penghalang utama dalam melakukan hal-hal tersebut.

Membersihkan "Ruang Depresi": Memutus Siklus Negatif

Video-video pembersihan "ruang depresi" yang beredar di media sosial tidak hanya sekadar tren, tetapi juga merupakan upaya untuk memutus siklus negatif yang tercipta akibat depresi. Taisha Caldwell-Harvey, seorang psikolog, menjelaskan adanya lingkaran umpan balik antara pikiran, perasaan, dan perilaku. Kondisi ruangan yang berantakan dapat memicu pikiran negatif ("Saya kotor, saya malas"), yang selanjutnya memicu perasaan negatif ("Saya sedih, saya merasa bersalah"). Lingkaran ini kemudian memperkuat keadaan depresi.

*"Ini semua adalah lingkaran, ini semua adalah siklus, dan jadi Anda mungkin melihat sekeliling dan berkata, 'Oh, saya menjijikkan, saya malas,' dan kemudian jika Anda mengatakan itu, sekarang Anda akan memiliki [pikiran seperti] 'Saya seharusnya tidak melakukan ini,' 'Saya orang jahat,' dan itu akan memicu emosi yang terhubung dengan itu — sekarang saya sedih, saya merasa bersalah, saya merasa buruk,"* kata Caldwell-Harvey.

Membersihkan "ruang depresi", sekecil apapun, dapat menjadi langkah awal untuk memutus siklus ini. Bahkan membersihkan selama lima menit saja dapat menciptakan perasaan kecil yang positif dan memotivasi untuk melanjutkan keesokan harinya. *"Jadi, Anda membersihkan selama lima menit, dan sekarang Anda berpikir, 'Oh, saya melakukan satu hal kecil'," *katanya. Ini membantu membangun harapan dan komitmen untuk perubahan.

Rumah Anda: Indikator Kesehatan Mental

Kondisi rumah atau kamar tidur juga dapat menjadi indikator kesehatan mental. Sebuah studi tahun 2010 dalam *Personality and Social Psychology Bulletin* menemukan bahwa wanita yang menggambarkan rumah mereka sebagai berantakan atau belum selesai memiliki kadar kortisol yang lebih tinggi dan lebih banyak perasaan lelah dan depresi dibandingkan dengan mereka yang menggambarkan ruang mereka sebagai tenang dan menenangkan. Oleh karena itu, menjaga kebersihan dan kerapian rumah dapat membantu menciptakan perasaan aman dan nyaman.

Penting untuk diingat bahwa perubahan kesehatan mental terjadi secara bertahap. Seperti yang disampaikan Caldwell-Harvey, *"Seringkali, lingkungan Anda benar-benar memberi tahu Anda bagaimana keadaan Anda, jadi ini adalah pertanyaan yang baik untuk diajukan — 'Apa yang lingkungan saya katakan kepada saya tentang apa yang terjadi sekarang?'"*

Dukungan dan Perawatan yang Tepat

Meskipun membersihkan "ruang depresi" dapat membantu, penting untuk memahami bahwa ini bukan solusi utama untuk depresi klinis. *"Membersihkan kamar Anda tidak akan menghilangkan kesedihan. Itu mungkin membuat Anda merasa lebih baik untuk sementara, dan itu bagus jika memang demikian, tetapi sekali lagi, Anda mungkin perlu berbicara dengan seseorang dan memprosesnya dan melakukan semua hal yang akan memberi Anda kelegaan jangka panjang dari apa yang Anda alami,"* jelas Caldwell-Harvey.

Jika gejala depresi berlanjut selama lebih dari dua minggu, sangat penting untuk mencari bantuan profesional. Terapi dan pengobatan dapat menjadi solusi yang efektif untuk mengatasi depresi klinis. Ingatlah bahwa mencari bantuan bukanlah tanda kelemahan, tetapi bukti keberanian untuk menghadapi tantangan kesehatan mental. 

Ahmedabad