Studi Ungkap Bagaimana Ganja Bisa Merusak Sel Telur dan Mengancam Kesuburan Wanita
UPBERITA.COM - Sebuah penelitian terbaru yang dipublikasikan dalam jurnal Nature Communications mengungkap temuan yang mengkhawatirkan bagi para wanita, khususnya yang sedang merencanakan kehamilan.
Studi tersebut menunjukkan bahwa marijuana atau ganja dapat merusak oosit, yaitu sel telur yang belum matang di dalam ovarium. Kandungan tetrahydrocannabinol (THC), zat kimia utama dalam ganja yang memberikan efek euforia, terbukti berhubungan langsung dengan perubahan pada proses pematangan sel telur dan peningkatan risiko kelainan kromosom, yang dapat berujung pada kemandulan, keguguran, hingga cacat genetik pada bayi.
Temuan ini menjadi sorotan penting mengingat tren penggunaan ganja selama masa kehamilan yang terus meningkat. Data dari sebuah penelitian di Amerika Serikat menunjukkan bahwa penggunaan ganja oleh wanita hamil meningkat lebih dari tiga kali lipat antara tahun 2002 hingga 2020. Berbagai studi sebelumnya juga telah mengaitkan penggunaan ganja selama kehamilan dengan berbagai risiko serius, termasuk autisme, hambatan pertumbuhan janin, berat badan lahir rendah, hingga persalinan prematur.
Temuan Mengejutkan: THC dan Dampaknya pada Sel Telur
Penelitian ini memberikan pandangan baru yang lebih mendalam mengenai dampak ganja, yang sebelumnya lebih banyak berfokus pada kualitas sperma pria. Para ilmuwan kini berhasil menunjukkan bagaimana THC secara langsung memengaruhi sel telur manusia dan folikel ovarium, yaitu kantung kecil berisi cairan di ovarium yang menyimpan sel telur.
Secara normal, selama siklus menstruasi, hormon akan memicu serangkaian proses kompleks yang membantu oosit memisahkan kromosomnya dengan benar sebagai persiapan untuk pembuahan oleh sperma. Namun, penelitian ini menemukan bahwa kadar THC yang tinggi dalam tubuh dapat mengganggu proses krusial tersebut.
"Temuan dalam penelitian ini cukup mengkhawatirkan dan menekankan pentingnya kewaspadaan dalam menggunakan ganja ketika seseorang sedang merencanakan kehamilan," ujar Dr. Jamie Lo, seorang dokter spesialis obstetri sekaligus profesor di School of Medicine, Oregon Health & Science University.
Menurut Cyntia Duval, peneliti postdoktoral di University of Toronto dan penulis utama studi, meskipun penelitian ini baru menunjukkan adanya keterkaitan dan belum hubungan sebab-akibat langsung, hasilnya sudah cukup menjadi alasan untuk lebih berhati-hati. "Ini masih berupa hipotesis, dan hal terakhir yang saya inginkan adalah masyarakat membaca hasil penelitian ini lalu merasa ketakutan," kata Duval. Ia menekankan perlunya penelitian lebih lanjut untuk memverifikasi temuan ini.
Bagaimana Studi Ini Dilakukan?
Untuk sampai pada kesimpulan ini, para peneliti menganalisis lebih dari 1.000 sampel cairan ovarium dari pasien yang sedang menjalani perawatan kesuburan. Mereka membandingkan sel telur dari 62 pasien yang hasil tesnya positif THC dengan kelompok kontrol yang tidak menggunakan ganja.
Pematangan Terlalu Cepat yang Berisiko
Hasilnya menunjukkan sebuah paradoks. Pasien dengan kadar THC yang terdeteksi dalam tubuhnya menunjukkan tingkat pematangan oosit yang lebih cepat. Namun, percepatan ini justru membawa dampak negatif, yaitu jumlah embrio dengan kromosom normal yang dihasilkan menjadi lebih rendah. Pematangan yang terlalu dini ternyata dapat menimbulkan masalah dalam persiapan sel telur untuk reproduksi yang sehat.
"Kromosom memerlukan waktu untuk menyusun diri secara sempurna agar siap dibuahi sperma dan menghasilkan embrio yang sehat," jelas Duval. Proses yang terburu-buru akibat paparan THC dapat menyebabkan penyusunan kromosom menjadi tidak sempurna.
Untuk memperkuat temuan ini, penelitian juga menguji oosit yang sangat belum matang di dalam laboratorium (in vitro). Ketika sel telur tersebut dipaparkan THC selama 24 jam, oosit dengan kadar paparan tinggi mengalami lebih banyak perubahan pada spindel—struktur yang membantu kromosom terpisah dengan benar. Kerusakan pada spindel inilah yang berpotensi besar menyebabkan kegagalan perkembangan embrio.
Potensi THC yang Semakin Tinggi, Risiko yang Terabaikan
Masalah ini menjadi semakin serius karena potensi atau kadar THC dalam produk ganja modern telah meningkat secara signifikan. Menurut National Institute on Drug Abuse, potensi THC meningkat hingga empat kali lipat antara tahun 1995 hingga 2022, dan kini bahkan lebih tinggi lagi. Bunga ganja dan produk konsentrat yang dijual di pasaran legal dapat memiliki kadar THC lebih dari 40%.
Banyak konsumen tidak menyadari betapa kuatnya produk yang mereka gunakan. "Orang yang membeli ganja secara ilegal mungkin tidak memperoleh informasi yang dapat dipercaya mengenai kadar THC," jelas Tom Freeman, profesor psikologi di University of Bath. Akibatnya, banyak wanita tanpa sadar membahayakan peluang kehamilan mereka karena terpapar kadar THC yang jauh lebih tinggi dari yang diperkirakan.
Dr. Lo menambahkan bahwa temuan ini dapat menjadi dasar untuk memberikan saran yang lebih baik kepada pasien. "Dengan informasi ini, pasien dapat mempertimbangkan untuk mengurangi jumlah ganja yang mereka konsumsi guna menekan risiko terhadap bayi mereka," pungkasnya. Mengingat sulitnya mengetahui kadar pasti THC dalam berbagai produk, langkah paling bijak bagi wanita yang merencanakan kehamilan adalah mempertimbangkan alternatif yang lebih aman atau setidaknya mengurangi frekuensi penggunaan secara drastis.