Program Makan Bergizi Gratis Lanjut Meski Dilanda Polemik
UPBERITA.COM - Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana, menegaskan bahwa Program Makan Bergizi Gratis (MBG) akan terus berjalan, menyusul desakan penghentian program akibat serangkaian kasus keracunan yang menimpa siswa penerima manfaat. Keputusan ini diambil karena BGN menilai program ini esensial untuk memenuhi kebutuhan gizi seimbang anak-anak sekolah di Indonesia, dengan janji perbaikan tata kelola demi menjamin keamanan konsumsi.
Polemik seputar kelanjutan Program Makan Bergizi Gratis (MBG) semakin memanas setelah beberapa insiden keracunan pangan dilaporkan di berbagai daerah. Meskipun demikian, BGN tetap bersikukuh untuk melanjutkan program yang menyasar jutaan siswa di seluruh Indonesia ini. Dalam pernyataannya di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, pada Rabu (1/10/2025), Dadan Hindayana menggarisbawahi urgensi program ini bagi kesejahteraan gizi anak bangsa. "Ya, (MBG jalan terus), karena ini banyak ke anak yang sebetulnya membutuhkan intervensi pemenuhan gizi dengan menu seimbang," tegas Dadan.
Pernyataan ini muncul sebagai respons langsung terhadap kritik dan desakan dari berbagai pihak, termasuk Jaringan Pemantauan Pendidikan Indonesia (JPPI), yang menuntut penghentian total MBG. Bagi BGN, program ini bukan sekadar bantuan, melainkan hak dasar yang harus dipenuhi bagi para penerima manfaat. Oleh karena itu, fokus BGN saat ini adalah memperbaiki akar masalah yang menyebabkan insiden keracunan, bukan menghentikan program secara keseluruhan. "Jadi, saya kira hak ini harus kita berikan dan kita akan perbaiki tata kelolanya sebaik mungkin. Sehingga apa yang diberikan oleh pemerintah itu aman untuk dikonsumsi," jelas Dadan, menunjukkan komitmen terhadap peningkatan standar keamanan pangan.
Evaluasi Menyeluruh Demi Keamanan dan Kualitas
Komitmen untuk melanjutkan MBG diiringi dengan janji untuk melakukan evaluasi menyeluruh terhadap tata kelola program. Hal ini mencakup berbagai aspek, mulai dari pemilihan penyedia bahan makanan, proses persiapan dan pengolahan, hingga distribusi kepada siswa. BGN menyadari bahwa insiden keracunan tidak hanya merugikan kesehatan anak-anak, tetapi juga mengikis kepercayaan publik terhadap inisiatif pemerintah. Oleh karena itu, langkah-langkah perbaikan akan difokuskan pada peningkatan kualitas dan pengawasan di setiap tahapan, guna memastikan bahwa setiap makanan yang disajikan aman dan benar-benar bergizi. Dadan menegaskan optimisme BGN, "Insya Allah MBG tetap jalan," sebuah janji untuk menjaga keberlanjutan program dengan standar keamanan yang lebih baik.
Pentingnya intervensi gizi bagi anak-anak sekolah di Indonesia tidak dapat dipungkiri. Studi menunjukkan bahwa gizi yang cukup dan seimbang sangat krusial bagi perkembangan kognitif dan fisik anak, serta berkontribusi pada peningkatan prestasi belajar. Dalam konteks ini, Program Makan Bergizi Gratis dirancang untuk menjadi jaring pengaman gizi, terutama bagi anak-anak dari keluarga kurang mampu yang mungkin sulit mengakses makanan bergizi secara rutin. Oleh karena itu, keputusan untuk melanjutkan program ini didasari pada pertimbangan jangka panjang terhadap pembangunan sumber daya manusia Indonesia.
Desakan Penghentian dari JPPI: Kritik Sistem dan Dampak Luas
Di sisi lain, desakan untuk menghentikan program MBG datang dari Jaringan Pemantauan Pendidikan Indonesia (JPPI), yang sebelumnya telah menyuarakan keprihatinan serius. Dalam Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) dengan Komisi IX DPR RI pada Senin (22/9/2025), Koordinator Program dan Advokasi JPPI, Ari Hadianto, secara tegas meminta penghentian program. Ari menyoroti temuan kasus keracunan yang terjadi di berbagai daerah, yang menurutnya bukan sekadar masalah teknis, melainkan indikasi "kesalahan sistem di BGN".
Kritik JPPI berpusat pada dugaan adanya kelemahan fundamental dalam sistem pengelolaan program yang membuat insiden keracunan dapat terjadi secara sporadis dan meluas. "Tolong wakilkan kami untuk sampaikan ini kepada ke Pak Prabowo, pertama, hentikan program MBG sekarang juga. Ini bukan kesalahan teknis, tapi kesalahan sistem di BGN, karena kejadiannya menyebar di berbagai daerah," ujar Ari dalam rapat tersebut.