Hasil Cek Kesehatan Gratis Kemenkes Ungkap Mayoritas Warga Dewasa Malas Bergerak

UPBERITA.COM - Kementerian Kesehatan Republik Indonesia baru-baru ini mengumumkan hasil mengejutkan dari program Cek Kesehatan Gratis (CKG) yang telah menjaring lebih dari 50,5 juta partisipan, menyoroti secara kritis tingginya proporsi kurangnya aktivitas fisik di seluruh lapisan masyarakat, khususnya orang dewasa.
Data signifikan ini, yang disampaikan di Jakarta, menjadi peringatan serius mengenai ancaman Penyakit Tidak Menular (PTM) dan urgensi perubahan gaya hidup sehat secara nasional. Program CKG, yang memfasilitasi pemeriksaan kesehatan preventif secara cuma-cuma, berhasil mencatatkan 34,3 juta kehadiran peserta pada CKG umum dan 16,2 juta peserta dari CKG sekolah, sebuah capaian monumental dalam upaya pemetaan kesehatan populasi.
Namun, di balik jumlah partisipan yang masif, terungkap fakta yang memprihatinkan: data akhir Oktober 2025 menunjukkan 95,8 persen orang dewasa memiliki aktivitas fisik yang kurang. Angka ini menjadi sorotan utama dan menegaskan betapa mendesaknya intervensi kesehatan di Tanah Air.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menanggapi temuan ini dengan serius. "Pencapaian lebih dari 50,5 juta peserta merupakan tonggak penting bagi upaya kesehatan nasional. Namun data CKG juga memberi peringatan serius bahwa aktivitas fisik dan pola hidup sehat harus semakin menjadi prioritas bersama," tegas Menkes Budi.
Selain minimnya aktivitas fisik, kelompok dewasa juga menghadapi masalah kesehatan lain seperti karies gigi (41,9 persen), obesitas sentral (32,9 persen), serta overweight dan obesitas (24,4 persen). Temuan-temuan ini mengukuhkan kekhawatiran tentang beban PTM yang terus meningkat dan mengancam produktivitas penduduk.
"Temuan ini mengonfirmasi bahwa penyakit tidak menular masih menjadi ancaman utama bagi kelompok produktif," tambah Menkes Budi, menggarisbawahi pentingnya perhatian serius terhadap pola hidup masyarakat.
Deteksi Dini
Program CKG dirancang bukan sekadar sebagai ajang pemeriksaan massal, melainkan sebagai instrumen strategis untuk deteksi dini dan tatalaksana awal berbagai kondisi medis. Pendekatan proaktif ini menjadi kunci untuk meningkatkan peluang kesembuhan, menghindari penyakit katastropik, serta mencegah kecacatan bahkan kematian yang dapat terjadi akibat penanganan yang terlambat.
Menkes Budi menjelaskan bahwa data yang terkumpul dari CKG memiliki nilai lebih dari sekadar statistik. "Program ini bukan hanya soal jumlah peserta, tapi bagaimana hasilnya kita gunakan untuk memperkuat kebijakan, layanan kesehatan, dan intervensi di masyarakat," ujarnya, menekankan pentingnya implementasi hasil data ke dalam kebijakan kesehatan yang lebih adaptif dan responsif.
Potret Kesehatan Lintas Usia
Data CKG juga memberikan gambaran komprehensif mengenai kondisi kesehatan di berbagai kelompok usia, menunjukkan tantangan yang bervariasi:
- Bayi Baru Lahir: Ditemukan risiko kelainan saluran empedu pada 18,6 persen bayi, berat badan lahir rendah (BBLR) pada 6,1 persen, dan penyakit jantung bawaan kritis pada 5,5 persen.
- Balita dan Anak Prasekolah: Masalah gigi tidak sehat masih mendominasi dengan 31,5 persen, disusul stunting 5,3 persen, dan wasting 3,8 persen.
- Remaja dan Pelajar: Proporsi kurang aktivitas fisik mencapai 60,1 persen, karies gigi 50,3 persen, dan anemia 27,2 persen. Angka-angka ini mengindikasikan bahwa pola hidup tidak aktif telah terbentuk sejak usia muda, menuntut intervensi sejak dini.
- Lansia: Kelompok usia lanjut juga tak luput dari masalah kesehatan, dengan 96,7 persen tercatat kurang aktivitas fisik dan 37,7 persen mengalami hipertensi.
Menkes Budi menegaskan bahwa hasil CKG akan menjadi landasan kuat untuk penyusunan kebijakan kesehatan masa depan dan promosi gaya hidup sehat yang lebih efektif. "Kita ingin masyarakat bukan hanya sembuh dari penyakit, tapi mampu menjaga kesehatannya secara berkelanjutan," ungkapnya, menegaskan visi pembangunan kesehatan yang holistik dan preventif.
Keberhasilan pelaksanaan CKG tidak lepas dari kolaborasi dan dedikasi tenaga medis, tenaga kesehatan, serta dukungan penuh dari puskesmas dan pemerintah daerah di seluruh Indonesia, yang berperan penting dalam menyukseskan program vital ini.