Kpoti Bangkitkan Kembali Permainan Rakyat sebagai Fondasi Karakter Anak Bangsa
UPBERITA.COM - Komite Permainan Rakyat dan Olahraga Tradisional Indonesia (Kpoti) sukses menggelar Teras Main Indonesia di Selasar Gedung Sasono Utomo, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Minggu (16/11/2025). Ini adalah sebuah festival yang didedikasikan untuk membangkitkan kembali permainan rakyat dan olahraga tradisional sebagai fondasi pembentukan karakter anak bangsa di tengah gempuran digital. Acara ini juga menjadi momentum krusial untuk memperkenalkan kembali warisan budaya tak benda Indonesia kepada generasi muda.
Di tengah derasnya arus modernisasi dan dominasi gawai, Teras Main Indonesia hadir sebagai oase, mengingatkan kembali akan kekayaan budaya bermain yang tak ternilai. Festival ini merupakan ruang perjumpaan penting, tempat anak-anak dapat kembali merasakan kegembiraan interaksi fisik dan belajar nilai-nilai luhur yang terkandung dalam setiap gerakan dan aturan permainan tradisional.
Ketua Dewan Pengarah Kpoti, Rima Agristina, menyoroti betapa melimpahnya anugerah budaya Indonesia, termasuk dalam spektrum tradisi bermain.
"Bukan saja keberagaman suku bangsa, tetapi juga kita diwariskan permainan dan olahraga tradisional, yang berdasarkan penelitian Kpoti, ada dari 2.600 permainan dan olahraga tradisional di Indonesia, terbanyak di dunia,” ujarnya.
Rima menambahkan bahwa jumlah permainan dan olahraga tradisional yang fantastis ini menyimpan potensi besar sebagai media penyampaian nilai-nilai Pancasila, baik di kancah nasional maupun internasional.
“Di dalam setiap permainan dan olahragat tradisional tersebut ada nilai-nilai Pancasila. Karena itu, perlu kita lestarikan, perlu kita hidupkan kembali agar anak-anak kita, pewaris bangsa dan calon pemimpin masa depan, tumbuh dengan karakter Indonesia yang sesungguhnya, karakter Pancasila,” jelas Rima
M. Zaini Alif, Ketua Pelaksana Teras Main Indonesia, mengungkapkan keprihatinannya atas fenomena kelangkaan permainan tradisional. Era digital telah menjauhkan anak-anak dari ruang bermain fisik, menggantinya dengan layar gawai.
“Anak-anak masa kini lebih akrab dengan gim digital daripada permainan seperti bentengan, kelereng, gobak sodor, atau congklak. Hilangnya tradisi bermain ini tidak hanya mengancam keberlanjutan budaya, tetapi juga mengikis nilai-nilai luhur yang selama ini menjadi jati diri bangsa,” ungkap Zaini.
Sebagai garda terdepan pelestarian, Kpoti memandang krisis ini sebagai alarm serius yang memerlukan respons cepat. Zaini menegaskan bahwa pembangunan sebuah bangsa berakar pada karakter individu, yang mulai terbentuk sejak usia dini. “Cara kita bermain, berinteraksi, dan mewariskan nilai menjadi fondasi penting bagi masa depan Indonesia,” katanya.
Ia juga menekankan peran vital permainan tradisional dalam membangun fondasi karakter: “Permainan tradisional merupakan kekayaan budaya yang membentuk rasa kebersamaan sejak dini. Nilai seperti gotong royong, sportivitas, kebhinekaan, kreativitas, hingga rasa memiliki sebagai satu bangsa tumbuh dari kebiasaan bermain yang diwariskan turun-temurun.”
Revitalisasi dan Visi Masa Depan
Festival Teras Main Indonesia memanjakan pengunjung dengan ragam permainan dari 33 provinsi. Mulai dari keunikan Bodu Bue Duk Doeng dari Aceh, kelincahan Pacu Upiah dari Sumatera Barat, strategi Balogo dari Kalimantan Selatan, hingga ketepatan Panahan khas Merauke dari Papua Selatan, semuanya tersedia untuk dicoba. Anak-anak dan keluarga memiliki kesempatan langka untuk merasakan langsung ritme interaksi yang lahir dari kerja sama, ketangkasan, dan tantangan fisik sederhana, jauh dari kesibukan digital.
Selain arena permainan yang interaktif, festival ini juga menyuguhkan workshop edukatif seperti mewarnai layang-layang dan membuat janur. Aktivitas-aktivitas ini tidak hanya menghibur, tetapi juga berfungsi sebagai sarana efektif untuk menumbuhkan kreativitas, ketekunan, dan apresiasi terhadap seni dan budaya tradisional.