ZoyaPatel

PT KAI Jajaki Penggunaan Lokomotif Bertenaga Baterai

Mumbai




UPBERITA.COM  PT Kereta Api Indonesia (KAI) secara serius menapakkan langkah menuju masa depan transportasi yang lebih hijau dan efisien dengan menjajaki penggunaan lokomotif bertenaga baterai, sebuah inisiatif strategis untuk memodernisasi armadanya sekaligus signifikan mengurangi emisi karbon. 

Visi transformatif ini diungkapkan langsung oleh Direktur KAI, Bobby Rasyidin, saat kunjungan kerja ke Beijing, China, menegaskan komitmen perusahaan dalam mengadopsi teknologi mutakhir guna mewujudkan operasional kereta api yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.

Dalam sebuah diskusi penting dengan perwakilan industri kereta api di China, Bobby Rasyidin mengungkapkan ambisi besar KAI untuk melakukan peremajaan armada. Saat ini, sebagian besar lokomotif yang dioperasikan KAI masih mengandalkan mesin diesel, yang meskipun andal, namun memiliki jejak karbon yang perlu diatasi. 

“Kami berdiskusi dengan salah satu industri di China tentang bagaimana mereka dapat membantu kami melakukan peremajaan armada. Sebagian besar lokomotif kami masih menggunakan mesin diesel, dan kami ingin beralih ke sistem elektrifikasi atau kereta berbasis baterai,” kata Bobby di Beijing, Rabu.

Kunjungan kerja ini, yang turut melibatkan Menteri Perhubungan Dudy Purwagandhi, Direktur Jenderal Perkeretaapian Allan Tandiono, serta sejumlah pejabat terkait, bukan sekadar agenda diplomatik biasa. Ini adalah misi strategis untuk menyerap pengetahuan dan teknologi terbaik dari China, yang dikenal sebagai salah satu pelopor dalam inovasi perkeretaapian. Fokus utamanya adalah memahami secara mendalam cara kerja dan implementasi sistem elektrifikasi serta kereta berbasis baterai.

Konsep kereta listrik yang ditenagai baterai, atau yang disebut Bobby sebagai "e-train," menawarkan beragam keuntungan. Layaknya evolusi kendaraan listrik (EV) di sektor otomotif, e-train menjanjikan revolusi serupa dalam dunia perkeretaapian.

 “Kalau mobil listrik disebut EV (electric vehicle), maka kereta listrik ini disebut e-train. Teknologi ini bisa meningkatkan efisiensi layanan, menurunkan biaya operasional, mengurangi emisi, sekaligus memperkuat program hijau KAI,” ujarnya. Ini berarti, bukan hanya lingkungan yang diuntungkan, tetapi juga efisiensi operasional dan keberlanjutan bisnis KAI dalam jangka panjang.

Penerapan kereta bertenaga baterai ini sangat fleksibel dan dapat diaplikasikan pada berbagai jenis layanan, mulai dari kereta antarkota yang menempuh jarak jauh hingga layanan perkotaan yang padat seperti KRL Jabodetabek. Perbedaan signifikan dengan kereta listrik konvensional terletak pada kemandirian operasionalnya. 


“Dulu kereta listrik harus terhubung ke jaringan listrik di atas rel, tetapi kini dengan teknologi baterai, kereta bisa beroperasi mandiri. Di China, e-lokomotif seperti ini sudah banyak digunakan,” jelasnya. Kemampuan ini menghilangkan ketergantungan pada jaringan listrik atas, membuka peluang untuk elektrifikasi jalur yang sebelumnya sulit atau mahal untuk dipasang jaringan listrik.

Potensi dan Tantangan Teknologi Lokomotif Baterai

Adopsi lokomotif baterai akan menjadi lompatan kuantum dalam transformasi teknologi KAI. Bobby Rasyidin menegaskan bahwa tujuan utama kunjungan ini adalah untuk menggali lebih dalam berbagai aspek terkait implementasi teknologi tersebut. “Kami ke sini untuk mempelajari teknologi, skema pengoperasian, hingga integrasi antarmoda transportasi,” katanya. Hal ini menunjukkan keseriusan KAI dalam memastikan bahwa inovasi ini tidak hanya diadopsi, tetapi juga diintegrasikan secara holistik ke dalam sistem transportasi nasional.

Meskipun demikian, Direktur KAI juga menekankan bahwa saat ini belum ada kesepakatan spesifik mengenai pembelian rangkaian kereta baru dari China. Fokus utama masih pada studi kelayakan dan potensi konversi lokomotif diesel yang sudah ada menuju tenaga listrik. “Pengadaan memang bagian dari modernisasi, tetapi belum dibahas secara spesifik. Fokus kami masih pada konversi lokomotif diesel ke tenaga listrik,” ujarnya, menjelaskan tahapan strategis yang sedang berjalan.

KAI saat ini mengoperasikan ratusan lokomotif diesel dari berbagai tipe, termasuk CC202 dan CC205 yang digunakan untuk angkutan batu bara di Sumatera, serta CC206 untuk angkutan barang dan penumpang di Jawa. Konversi armada yang masif ini akan menjadi proyek ambisius namun sangat vital dalam mencapai target emisi nol bersih. 

Selain itu, KAI juga memiliki pengalaman kerja sama dengan China dalam pengadaan 11 rangkaian KRL, di mana delapan di antaranya telah beroperasi penuh dan tiga lainnya masih dalam tahap uji kelaikan teknis sebelum siap melayani masyarakat. Pengalaman ini menjadi modal berharga bagi KAI dalam merancang masa depan perkeretaapian Indonesia yang lebih ramah lingkungan dan modern.


Ahmedabad